“Ibu,, Maafkan Aku..”

0

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya.

Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.

Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.

Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan masih banyak lagi.

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang ku sayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap.

Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya.”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan.

Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman.

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong manyaksikan hukuman tersebut sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba.

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat.

Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah, dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata.

Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan.

Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

True Love

0

From the very Begining, the girl’s family objected strongly on her dating this guy. Saying that it has got to do with family background & that the girl will have to suffer for the rest of her life if she were to be with him.

Due to family’s pressure, the couple quarrel very often. Though the girl love the guy deeply, but she always ask him: “How deep is your love for me?”

As the guy is not good with his words, this often cause the girl to be very upset. With that & the family’s pressure, the girl often vent her anger on him. As for him, he only endure it in silence.

After a couple of years, the guy finally graduated & decided to further his studies in overseas. Before leaving, he proposed to the girl: “I’m not very good with words. But all I know is that I love you. If you allow me, I will take care of you for the rest of my life. As for your family, I’ll try my best to talk them round. ” Will you marry me? ”

The girl agreed, & with the guy’s determination, the family finally gave in & agreed to let them get married. So before he leave, they got engaged.

The girl went out to the working society, whereas the guy was overseas, continuing his studies. They sent their love through emails & phone calls. Though it’s hard, but both never thought of giving up.

One day, while the girl was on her way to work, she was knocked down by a car that lost control. When she woke up, she saw her parents beside her bed. She realised that she was badly injured. Seeing her mum crying, she wanted to comfort her. But she realized that all that could come out of her mouth was just a sigh. She has lost her voice……

The doctors says that the impact on her brain has caused her to lose her voice. Listening to her parents’ comfort, but with nothing coming out from her, she broke down.

During the stay in hospital, besides silence cry,…..it’s still just silence cry that companied her. Upon reaching home, everything seems to be the same. Except for the ringing tone of the phone. Which pierced into her heart everytime it rang. She does not wish to let the guy know & not wanting to be a burden to him, she wrote a letter to him saying that she does not wish to wait any longer.

With that, she sent the ring back to him. In return, the guy sent millions & millions of reply, and countless of phonecalls,.. all the girl could do, besides crying, is still crying…

The parents decided to move away, hoping that she could eventually forget everything & be happy.

With a new environment, the girl learn sign language & started a new life. Telling herself everyday that she must forget the guy.

One day, her friend came & told her that he’s back. She asked her friend not to let him know what happened to her. Since then, there wasn’t anymore news of him.

A year has passed & her friend came with an envelope, containing an invitation card for the guy’s wedding. The girl was shattered. When she open the letter, she saw her name in it instead.

When she was about to ask her friend what’s going on, she saw the guy standing in front of her. He used sign language telling her “I’ve spent a year’s time to learn sign language. Just to let you know that I’ve not forgotten our promise. Let me have the chance to be your voice. I Love You. With that, he slipped the ring back into her finger. The girl finally smiled.

Nice Story ^^

0

Ada sepasang suami isteri, dimana sang isteri adalah wanita yg sangat amat cantik, tanpa aib sedikit pun.

Dan suaminya sangat mencintai, begitu juga isterinya.

Di hari” itu, sedang maraknya tersebar penyakit kulit, yang akibatnya merusak keindahan kulit & sang isteri merasa dirinya tertular & wajahnya mulai hancur dimakan penyakit. Dîkala itu, sang suami sedang berada diluar & belum mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit kulit tsb.

Dlm perjalanan pulang, sang suami megalami kecelakaan yang akibatnya suami menjadi buta.

Dari hari ke hari, sang isteri yang pada mulanya bidadari berubah menjadi wnt yang amat jelek & menyeramkan namun sang suami tak bisa melihat & khdupan mereka berjalan seperti biasanya dengan penuh kasih sayang & cinta seperti awal mereka menikah.

Berjalan 40 Ƭhn,sang isteri meninggal & sang suami sangat amat bersedih & merasa khilangan. Di pemakaman sang suami orang terakhir yang keluar dari kuburan sang isteri.

Ktika berjalan, datanglah seorang menyapa, “pak, bapak mau kemana?”

Jwb sang suami,” saya mau pulang”..

М’dengar jwban tsb, orang tersebut brsedih dengan keadaan sang suami buta & sendiri.

Lalu org tsb berkata, “bukankah bapak buta & selalu bergandengan dengan sang isteri? Gimana sekarang bapak mau pulang sendiri?”

Jwb sang suami “sebenarnya saya tidak buta, selama 40 tahun saya hanya berpura-pura buta agar isteri saya tidak minder atau rendah diri klo saya mengetahui bahwa dia sakit & wajahnya berubah menjadi menakutkan”

PESAN MORAL:

Τerima pasangan kamu apa adanya dgn segαlα kekurangan & kelebihannya karena kita bukan mencari orang yang sempurna tetap bagaimana mencintai pasangan kita dengan cara yang sempurna dalam situasi & kondisi apapun… itulah “cinta yg sempurna” 🙂

Shαяε & Βε Hƌƥƥƴ (◎’⌣’◎)

【 MORAL LESSON: 】It’s not about money that make us rich, it’s about simplicity of having God in our lives. ❤

0

One day, a rich dad took his son on a trip. Wanted to show him how poor someone can be. They spent time on the farm of a poor family. On the way home, dad asked, “Did you see how poor they are? What did you learn?”.

 

Son said, “We have one dog, they have four, we have pool, they have rivers, we have lanterns at night, they have stars, we buy foods, they grow theirs, we have walls to protect us, they have friends, we have encyclopedias, they have Bible.” Then they headed, “Thanks dad for showing me how poor we are..”

 

“Malaikat Kecilku”

0

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran.

Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan.

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice).

Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini.

Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.
Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.

Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata “boleh ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta” agak ragu2 sejenak “akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya.

Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?”
Aku menjawab “oh pasti, sayang.”
Sindu tanya sekali lagi, “betul nih ayah ?”
“Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.”

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku.

Aku sedikit khawatir dan berkata: “Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”
Sindu menjawab : jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok. Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu.

Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu. Istriku spontan berkata permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin. Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk: Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak. Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, tidak ada yah, tak ada keinginan lain, kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu : tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.

Sindu dengan menangis berkata : ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya. Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri?

Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku : janji kita harus ditepati. Secara serentak istri dan ibuku berkata : apakah aku sudah gila? Tidak, jawabku, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi. Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.

Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.

Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak : Sindu tolong tunggu saya. Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu botak.

Aku berpikir mungkin”botak” model jaman sekarang. Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata: “anak anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.”

Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, “bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya.

Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”
Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih.

Married or Not.. You should read this. ❤

0

【 Marriage 】

「When I got home that night as my wife served dinner, I held her hand and said, I’ve got something to tell you. She sat down and ate quietly. Again I observed the hurt in her eyes..

Suddenly I didn’t know how to open my mouth. But I had to let her know what I was thinking. I want a divorce. I raised the topic calmly. She didn’t seem to be annoyed by my words, instead she asked me softly, why?

I avoided her question. This made her angry. She threw away the chopsticks and shouted at me, you are not a man! That night, we didn’t talk to each other. She was weeping. I knew she wanted to find out what had happened to our marriage. But I could hardly give her a satisfactory answer; she had lost my heart to Jane. I didn’t love her anymore. I just pitied her!

With a deep sense of guilt, I drafted a divorce agreement which stated that she could own our house, our car, and 30% stake of my company. She glanced at it and then tore it into pieces. The woman who had spent ten years of her life with me had become a stranger. I felt sorry for her wasted time, resources and energy but I could not take back what I had said for I loved Jane so dearly. Finally she cried loudly in front of me, which was what I had expected to see. To me her cry was actually a kind of release. The idea of divorce which had obsessed me for several weeks seemed to be firmer and clearer now.

The next day, I came back home very late and found her writing something at the table. I didn’t have supper but went straight to sleep and fell asleep very fast because I was tired after an eventful day with Jane. When I woke up, she was still there at the table writing. I just did not care so I turned over and was asleep again.

In the morning she presented her divorce conditions: she didn’t want anything from me, but needed a month’s notice before the divorce. She requested that in that one month we both struggle to live as normal a life as possible. Her reasons were simple: our son had his exams in a month’s time and she didn’t want to disrupt him with our broken marriage.

This was agreeable to me. But she had something more, she asked me to recall how I had carried her into out bridal room on our wedding day. She requested that every day for the month’s duration I carry her out of our bedroom to the front door ever morning. I thought she was going crazy. Just to make our last days together bearable I accepted her odd request.

I told Jane about my wife’s divorce conditions. . She laughed loudly and thought it was absurd. No matter what tricks she applies, she has to face the divorce, she said scornfully.

My wife and I hadn’t had any body contact since my divorce intention was explicitly expressed. So when I carried her out on the first day, we both appeared clumsy. Our son clapped behind us, daddy is holding mommy in his arms. His words brought me a sense of pain. From the bedroom to the sitting room, then to the door, I walked over ten meters with her in my arms. She closed her eyes and said softly; don’t tell our son about the divorce. I nodded, feeling somewhat upset. I put her down outside the door. She went to wait for the bus to work. I drove alone to the office.

On the second day, both of us acted much more easily. She leaned on my chest. I could smell the fragrance of her blouse. I realized that I hadn’t looked at this woman carefully for a long time. I realized she was not young any more. There were fine wrinkles on her face, her hair was graying! Our marriage had taken its toll on her. For a minute I wondered what I had done to her.

On the fourth day, when I lifted her up, I felt a sense of intimacy returning. This was the woman who had given ten years of her life to me. On the fifth and sixth day, I realized that our sense of intimacy was growing again. I didn’t tell Jane about this. It became easier to carry her as the month slipped by. Perhaps the everyday workout made me stronger.

She was choosing what to wear one morning. She tried on quite a few dresses but could not find a suitable one. Then she sighed, all my dresses have grown bigger. I suddenly realized that she had grown so thin, that was the reason why I could carry her more easily.

Suddenly it hit me… she had buried so much pain and bitterness in her heart. Subconsciously I reached out and touched her head.

Our son came in at the moment and said, Dad, it’s time to carry mom out. To him, seeing his father carrying his mother out had become an essential part of his life. My wife gestured to our son to come closer and hugged him tightly. I turned my face away because I was afraid I might change my mind at this last minute. I then held her in my arms, walking from the bedroom, through the sitting room, to the hallway. Her hand surrounded my neck softly and naturally. I held her body tightly; it was just like our wedding day.

But her much lighter weight made me sad. On the last day, when I held her in my arms I could hardly move a step. Our son had gone to school. I held her tightly and said, I hadn’t noticed that our life lacked intimacy. I drove to office…. jumped out of the car swiftly without locking the door. I was afraid any delay would make me change my mind…I walked upstairs. Jane opened the door and I said to her, Sorry, Jane, I do not want the divorce anymore.

She looked at me, astonished, and then touched my forehead. Do you have a fever? She said. I moved her hand off my head. Sorry, Jane, I said, I won’t divorce. My marriage life was boring probably because she and I didn’t value the details of our lives, not because we didn’t love each other anymore. Now I realize that since I carried her into my home on our wedding day I am supposed to hold her until death do us apart. Jane seemed to suddenly wake up. She gave me a loud slap and then slammed the door and burst into tears. I walked downstairs and drove away. At the floral shop on the way, I ordered a bouquet of flowers for my wife. The salesgirl asked me what to write on the card. I smiled and wrote, I’ll carry you out every morning until death do us apart.

That evening I arrived home, flowers in my hands, a smile on my face, I run up stairs, only to find my wife in the bed – dead. My wife had been fighting CANCER for months and I was so busy with Jane to even notice. She knew that she would die soon and she wanted to save me from the whatever negative reaction from our son, in case we push through with the divorce.

— At least, in the eyes of our son — I’m a loving husband…

The small details of your lives are what really matter in a relationship. It is not the mansion, the car, property, the money in the bank. These create an environment conducive for happiness but cannot give happiness in themselves.

So find time to be your spouse’s friend and do those little things for each other that build intimacy. Do have a real happy marriage!

If you don’t share this, nothing will happen to you.

If you do, you just might save a marriage. Many of life’s failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up.. …」

Apakah yg PALING..?

0

Seorang pdt berkumpul dgn jemaatny, kemudian beliau mengajukan 6 pertanyaan :

 

Pertanyaan 1 : Apa yg PALING DEKAT dgn diri kita di dunia ini ?

Jemaatny ada yg menjwb : “orang tua, sahabat, teman, kerabatnya”.

Jawab pdt : Yg paling dekat dgn kita adalah “kematian”. Sebab kematian adalah PASTI adanya & tiap detik bisa terjadi.

 

Pertanyaan 2 : Apa yg PALING JAUH dari diri kita di dunia ini ?

Jemaatnya ada yg menjwb : “negara Cina, bulan, matahari”.

Jwb pdt : Yg paling benar adalah “masa lalu”, Siapa pun kita, bagaimana pun kita dan betapa kayanya kita, tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu. Sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yg akan datang.

 

Pertanyaan 3 : Apa yg PALING BESAR di dunia ini ?

Jemaatny ada yg menjwb “gunung, bumi, matahari”.

Jawab pdt : Yg plg besar dari yg ada didunia ini ialah “nafsu”, Banyak manusia menjadi celaka karena menuruti hawa nafsunya. Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi karena itu kita harus hati-hati dgn hawa nafsu tsb.

 

Pertanyaan 4 :”Apa yg PALING BERAT di dunia ini ?”.

Di antara jemaatny ada yg menjwb :”baja, besi, gajah”,

Jwb pdt : Yg paling berat adalah “berjanji”.

Hal yg gampang diucapkan tapi sulit dilakukan.

 

Pertanyaan 5 : “Apa yg PALING RINGAN di dunia ini ?”

Ada yg menjwb “kapas, angin, debu, daun”

Jwb pdt : Yg paling ringan di dunia ini adalah “Meninggalkan Ibadah”.

 

Lalu pertanyaan 6 : “Apakah yg PALING TAJAM di dunia ini ?

Jemaat menjwb dgn serentak “Pedang”

Jwb pdt : Yg paling tajam adalah “lidah manusia” karena melalui lidah, manusia dgn mudahnya memfitnah orang, menyakiti hati, melukai perasaan org dll.

 

Dan terakhir pertanyaan bonus dari pdt tsb :”apakah yg paling gampang di dunia ini”

Pada asal-asalan menjwb “makan, tidur, nongkrong dll” 3-|

Jwb pdt : Yg paling gampang adalah “broadcast pesan ini” cuman tinggal copy paste terus send all ke semua teman / saudara, maka akan jadi ilmu yg bermanfaat:)